Rabu, 25 Desember 2013

[Travel to Ruteng] PART-3: Keliling Ruteng (2)

Jalan-jalan hari ini dimulai dari jalan di depan STKIP St. Paulus Ruteng. Harusnya ini adalah lokasi jalan-jalan saya yang pertama. Tapi saya heran dengan tulisan "Finish" di jalan (-_-). Oh, ternyata di jalan ini memang baru diadakan lomba lari sejauh 10km; di mana lokasi ini adalah daerah finishnya. Tampak sepi, kan ? Ya karena memang musim liburan. Coba kalau lewat jalan ini pada musim-musim sekolah. Wuih, ruuaaammeeee sekali meenn. Bagaimana tidak, di sekitar ini ada beberapa sekolah sekaligus, termasuk SMA saya dulu (^_^). 

Perjalanan saya teruskan, lurus terus. Sampailah saya di daerah perempatan lampu merah ini (tidak kelihatan ya lampu merahnya; sory dah). Jalan ini juga ramenya waktu musim sekolah. Dari daerah ini, kalau belok kiri menuju kantor DPR; lurus menuju lapangan motang rua (pohon beringin); belok kanan menuju Mbaumuku. 
Dari perempatan tadi saya memilih belok kanan, ke daerah Mbaumuku. Sekedar meliat-lihat. Tapi ternyata saya dikagetkan dengan suasana romantis yang dipamerkan oleh kedua sapi. Sapi-sapi memang biasa mangkal di lapangan ini. Oh ya, lapangan ini juga sering digunakan untuk pertandingan voli. Sekedar tahu saja, di depan ada perempatan lampu merah lagi. 
Ini tadi yang saya bilang pohon beringin. Bisa dibilang daerah ini adalah pusat kota Ruteng. Lapangan Motang Rua di depannya adalah lapangan yang paling sering digunakan untuk berbagai macam kegiatan, termasuk acara adat. Dulu, lapangan Motang Rua juga sering digunakan untuk pertandingan sepak bola. 
Daerah di samping ini adalah jalan menuju Karot. Itu bukan mau pamer mobil, tapi perhatikan ukuran jalannya. Ukuran segitu sudah masuk kategori jalan besar di Ruteng. Daerah ini memang sepi seperti ini. 
Nah, kita sampai di daerah Karot. Jalan di samping ini adalah jalan menuju tempat wisata Golocuru. Sekedar tahu, Golocuru adalah tempat semacam bukit; di mana di puncaknya ada Gua Maria yang sering digunakan sebagai tempat berdoa/berziarah. Dari atas bisa terlihat jalan menuju Reo. Untuk sekarang, ternyata saya lebih memilih belok kanan. Entah kenapa, saya berbalik arah lagi. 
Begitu berbalik arah, terlihat seorang bapak tua yang sedang membawa sayur untuk dijual. Saya ingat, dari dulu waktu saya masih kecil, model-model penjual sayur keliling ya masih tetap seperti ini. Bahkan jumlah jualannya ya tetap segitu. Kain sarung yang digunakan dan model jaket tebal yang dipakai ya dari dulu seperti itu. Topi ninjanya yang khas Manggarai. Wah, ini harus diabadikan, "ceklik". Ada satu yang baru; sekarang dia sudah mengenakan sandal sebagai alas kaki. 
Lanjut lagi perjalanan saya (balik arah). Tidak ada yang istimewa. Tapi rasa bangga muncul ketika melihat jauh ke depan. Pegunungan panjang tampak jelas dan terasa dekat. Nuansa pedesaan yang sangat alami walau dengan perkembangan yang sangat pesat. Sekedar tahu, Ruteng masuk dalam kategori kota maju di Manggarai. 
Sedang asyik berjalan, terlihat 'oto kol' sedang parkir di pinggir jalan. Oto kol adalah sebutan untuk kendaraan di samping ini. Truk dengan tempat duduk di belakangnya; andalan untuk masuk ke daerah-daerah dengan jalan rusak. Terpal biru yang menutup sisi bagian samping truk biasa ditutup hanya sewaktu hujan. Kalau tidak hujan, bagian belakang kendaraan dibiarkan terbuka sehingga orang yang naik dapat melihat keluar dengan jelas. 
Lurus teruus, dan sampailah saya di daerah pertokoan. Di daerah ini biasanya banyak penumpang yang naik turun angkutan dari kampung-kampung. Saya lihat, daerah ini sangat khas. Kalau saya yang tidak akan saya lupa dari daerah ini adalah pos polisi, tempat jual gorengan, toko Ria, toko Gloria, toko Agung, toko Sejati, dan tempat jual martabak. Lurus terus akan ketemu pohon beringin tadi. 
Daerah di samping ini adalah daerah dekat kompleks Brimob Ruteng. Orang yang akan ke pasar Inpres atau terminal Ruteng pasti lewat daerah ini. Biasanya banyak yang jualan buah musiman di daerah ini. Kadang mangga, pisang, jeruk, dan lain-lain. Terlihat lagi pegunungan di sebelah selatan. Tampak indah walaupun tertutup awan. 
Jalan lagi, dan saya memilih mampir ke daerah Lawir. Terlihat truk yang sedang diperbaiki di tengah jalan (biasa ini). Sekedar tahu, truk-truk seperti ini tidak sedikit yang berjalan-jalan di seputaran kota Ruteng. 
Masih di daerah Lawir, tampak suatu pemandangan yang menurut saya khas sekali. Model dan warna jalan, rumah, dan situasi sekitarnya begitu khas sekali. Entah seperti apa pemandangan ini akan berubah di masa depan. 
Mulai capek, saya berpikir untuk pulang. Perjalanan pulang ke rumah saya lewat daerah ini. Ada toko Nusa Indah di pertigaan di depan. Toko-toko bangunan yang berjejer di sebelah kanan jalan, dan SDK Ruteng III di sebelah kiri. Lurus terus adalah jalan menuju Pasar Puni. Oh ya, sekedar tahu, motif-motif retak di jalan itu sudah dari dulu masih seperti itu (^_^). 
Jembatan ini ada di antara Gereja Katedral Ruteng dan SMP saya dulu, SMPK St. Fransiskus Xaverius. Biasanya, waktu siang sampai malam, banyak orang yang nongkrong di sini. Model jembatan yang menurut saya keren. Tapi sayang, kalau diperhatikan lebih dekat, jembatan ini penuh coretan-coretan. Oh ya, sekedar tahu, genangan air di sepanjang jembatan ini masih sama seperti dulu. Air masih menggenang seperti kolam setelah hujan. 
Ini dia tadi Gereja Katedral Ruteng yang saya bilang. Masih tutup, sih, karena memang sedang tidak ada kegiatan peribadatan. Tapi menurut saya gereja ini tampil keren sekali. Sebenarnya tidak dapat dipungkiri kalau banyak yang mengatakan 'mewah' juga. Paroki ini adalah paroki kami. Jadi, kegiatan misa dan sebagainya kami lakukan di gereja ini. 
Jalan yang satu ini juga tidak akan saya lupakan. Dulu waktu SMP saya selalu lewat jalan ini. Ada turunan curam di depan itu. Masih terlihat sama; tidak ada perbedaan yang membuat saya pangling. Lurus terus akan menuju RSUD Ruteng. 
Ini tadi RSUD Ruteng yang saya bilang. Kebetulan saya tidak memotret rumah sakitnya (^_^). Tapi, cukup tau saja, tidak ada perubahan besar di rumah sakit ini. Tampilan depannya masih sama saja. 
Ini adalah jalan di depan RSUD Ruteng. Di sebelah kiri dulu ada lapangan SMA Aquinas. Sekarang di lapangan itu sudah ada gedungnya. Sekedar tahu saja, genangan air di sebelah kiri itu masih sama persis sejak dari saya TK (^_^). Tiang listrik yang masih miring juga. Daerah ini sudah masuk daerah Nekang. 
Jalan ini adalah jalan yang lebih terkenal dengan sebutan 'gang sebelah timur rumah sakit'. Lurus terus adalah jalan menuju Rangkat. Dari daerah ini, jalan terlihat keren sekali. Jalan lurus yang terus mendaki. Kalau jalan lurus terus akan sampai di kaki gunung (daerah Rangkat tadi). 
Biar tidak penasaran, saya terus naik dari jalan tadi. Perhatikan, jalannya lurus terus dan sangat mendaki. Suasananya sangat indah menurut saya. Daerah ini masih daerah Nekang. 
Semakin dekat dengan rumah, saya lewat jembatan ini. Jembatan yang merupakan penghubung Nekang dengan Ngencung, Tenda. Jembatan yang paling sering saya lewati dari SMP sampai SMA. Malah biasanya kalau capek, kami tunggu di sini. Jalan ke atas itu mendaki sekali. Kalau jalan siang-siang, wah, sudah panas, jalan mendaki lagi. Tapi, daerah ini masuk dalam kategori daerah yang tidak akan saya lupa. 
Belum berapa lama saya sampai di rumah, kabut turun begitu cepat. Ternyata tadinya hujan turun di sini. Ini adalah gambaran persis dari depan rumah (menghadap atas/selatan). Kabut yang sebenarnya tidak terlalu tebal untuk ukuran Ruteng, tapi warnanya begitu khas. Tampak juga lampu-lampu natal yang sudah terpasang; lampu yang akan menghiasi sepanjang jalan pada malam hari. 

2 komentar:

  1. menarik...Kau bikin saya ingat rumah... Kisah bapak penjual sayurnya menarik untuk dibahas lebih dalam, knapa bisa begitu...

    BalasHapus
  2. Terima kasih banyak Pasca....postingan yang sangat bagus, pengobat rasa kangen yang saaaangat rindu Ruteng....Thank's...

    BalasHapus